Gautam Adani

Kehilangan Kekayaan Rp 1.522 T, Gautam Adani Konglomerat Terkaya di India

Gautam Adani Konglomerat Terkaya di Asia

Gautam Adani, seorang pengusaha asal India, telah menjadi perhatian karena kekayaannya yang merosot tajam dalam waktu yang singkat.

Sebelumnya, ia sempat duduk di posisi kedua sebagai orang terkaya di dunia, yang disebabkan oleh lonjakan harga saham perusahaannya dalam beberapa tahun terakhir. Pada saat itu, kekayaan bersih Adani meningkat hingga sekitar 2.000%.

Namun, popularitasnya tak berlangsung lama. Saat ini, Adani diketahui telah kehilangan kekayaannya sebesar Rp 1.522 triliun.

Kondisi ini cukup mengkhawatirkan mengingat perusahaan-perusahaan Adani adalah kontributor besar bagi perekonomian India.

Meski demikian, Adani masih mempertahankan posisinya sebagai salah satu pengusaha paling berpengaruh di India dan perusahaannya masih menjadi kekuatan besar di berbagai sektor bisnis.

 

Beberapa Fakta Gautam Adani, Konglomerat Terkaya di India

 

  • Cerita Awal Karir

Gautam Adani, konglomerat sukses asal India, lahir di negara bagian Gujarat di India barat dan pindah ke Mumbai setelah putus kuliah. Ia bekerja di perdagangan berlian dan kemudian mulai mengimpor polivinil klorida atau PVC untuk bisnis plastik saudaranya. Pada tahun 1988, Adani memulai Adani Enterprises, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang impor dan ekspor komoditas.

Pada tahun 1994, Adani Enterprises mendapat persetujuan dari pemerintah Gujarat untuk mendirikan fasilitas pelabuhan di Pelabuhan Mundra. Adani melihat potensi dalam proyek tersebut dan mengubahnya menjadi pelabuhan komersial dengan membangun jalur kereta api dan jalan raya. Ia berhasil bernegosiasi dengan lebih dari 500 pemilik tanah di seluruh India untuk membuat pelabuhan terbesar di India.

Adani kemudian memasuki bisnis pembangkit listrik pada tahun 2009 yang membuat bisnisnya terus berkembang dan membawanya menjadi salah satu orang terkaya di India. Pada Maret 2022, ia memiliki 75% saham di Adani Enterprises, Adani Power dan Adani Transmissions. Selain itu, ia juga memiliki sekitar 37% saham di Total Gas Adani, 65% Pelabuhan Adani & Kawasan Ekonomi Khusus, dan 61% Adani Green Energy.

Semua perusahaan Adani diperdagangkan secara publik dan berbasis di Ahmedabad, India. Saham dipegang oleh grup promotor, termasuk keluarga Adani dan perusahaan induk yang dikreditkan ke Adani untuk mencerminkan statusnya sebagai pendiri. Dengan kiprahnya dalam bisnis yang beragam dan memiliki banyak keberhasilan, Gautam Adani merupakan salah satu konglomerat sukses yang patut diacungi jempol.

  • Gautam Adani Pernah Menjadi Orang Terkaya di Asia dan Nomor Dua Terkaya di Dunia

Adani Group adalah perusahaan yang dimiliki oleh seorang pengusaha sukses asal India bernama Gautam Adani. Gautam Adani pernah menjadi orang terkaya di Asia dan menempati peringkat kedua sebagai orang terkaya di dunia. Menurut catatan detikcom, pada saat itu kekayaan Gautam Adani mencapai US$ 147 miliar atau setara dengan Rp 2.205 triliun (kurs Rp 15.000/dolar AS).

Prestasi ini merupakan yang pertama kalinya bagi orang Asia untuk menduduki peringkat tertinggi sebagai orang terkaya versi Bloomberg. Sebelumnya, posisi orang terkaya didominasi oleh pengusaha teknologi kulit putih.

  • Sempat Terjegal Kasus

Pada awal Januari 2023, perusahaan Adani menjadi sorotan setelah Hindenburg Research merilis laporan investigasi yang menuduh perusahaan melakukan pencucian uang dan rekayasa akuntansi melalui anak perusahaannya. Adani Group membantah tuduhan tersebut dan menyatakan bahwa pihak yang menuduh tidak memahami hukum di India. Gautam Adani menyatakan keprihatinan terhadap volatilitas pasar saham India yang diakibatkan oleh laporan tersebut, yang menyebabkan penderitaan yang tidak diinginkan bagi warga India. Laporan dari Hindenburg muncul pada saat Adani hendak menghimpun dana dari masyarakat dan investor asing dengan penjualan saham senilai US$ 2,5 miliar, yang akhirnya dibatalkan karena kerugian yang dialami Adani mencapai US$ 100 miliar.

  • Kekayaan Gautam Adani Merosot Drastis Hingga Rp 1.522 Trilliun

Dampak dari kasus tersebut cukup besar terhadap Adani Group. Nilai saham perusahaan terus mengalami penurunan, yang berimbas langsung pada kekayaan pribadi Gautam Adani. Sebagai seorang yang pernah menjadi orang terkaya di Asia dan peringkat kedua di dunia, saat ini kekayaan Adani sudah tergerus sekitar US$ 101,5 miliar atau setara dengan Rp1.522,5 triliun.

  • Peringkat Kekayaan Gautam Adani Saat Ini di Dunia dan India

Menurut laporan Forbes Real Time Billionaire pada Senin (10/4/2023), saat ini kekayaan Gautam Adani mencapai US$ 45,5 miliar. Walaupun demikian, dia masih termasuk dalam 25 orang terkaya di dunia. Namun, dia kini bukan lagi orang terkaya di India, karena posisi tersebut telah diambil kembali oleh Mukesh Ambani dengan kekayaan bersih sekitar US$ 84,1 miliar atau Rp 1.261,5 triliun.

 

Bagi para pengusaha dan calon pengusaha di Indonesia, kasus yang menimpa Gautam Adani bisa menjadi pelajaran berharga dalam menjalankan bisnis. Berikut beberapa tips aman dalam berbisnis yang bisa dijadikan acuan:

  1. Patuhi hukum dan etika bisnis yang berlaku, serta jangan terjebak pada praktik-praktik yang merugikan orang lain.
  2. Lakukan pengawasan yang ketat terhadap karyawan dan keuangan perusahaan agar terhindar dari pencucian uang dan rekayasa akuntansi.
  3. Pertimbangkan dengan matang setiap keputusan bisnis yang diambil, jangan terburu-buru mengambil risiko yang besar tanpa mempertimbangkan dampaknya.
  4. Lakukan diversifikasi investasi, jangan terpaku pada satu jenis bisnis atau produk saja agar terhindar dari risiko kerugian yang besar jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
  5. Terus belajar dan mengembangkan diri agar selalu memiliki pengetahuan dan keterampilan yang up-to-date dalam menjalankan bisnis.

 

Dengan menerapkan tips-tips tersebut, diharapkan para pengusaha dan calon pengusaha di Indonesia dapat menjalankan bisnis dengan aman dan sukses, serta terhindar dari risiko-risiko yang dapat merugikan diri sendiri dan orang lain.

Baca Juga : Jasa Pendirian PT Jakarta

Share the Post:

Menu

Bisnis Besar Berasal Dari Bisnis Kecil